hidupku jauh dari gemerlap dunia
hanya berteman dengan kicau burung dan lolongan srigala
hanya berkawan auman raja rimba dan desisan ular berbisa
hanya bersahabat dengan semilir angin rimba
aku hanyalah sebatang ilalang
tubuhku bergoyang kala ada yang datang
daunku berbisik kala ada yang mengusik
meski hanya sekedar numpang lewat
ataupun menyembuyikan diri dari mara bahaya
aku hanyalah sebatang ilalang
yang terbiasa dengan segala kesunyian
yang terbiasa dengan beragam kenestapaan
yang terbiasa dengan sejuta penantian
yang terbalut dengan ketidak pastian
aku hanyalah sebatang ilalang
yang tumbuh dalam kenestapaan
yang berkembang jauh dari riuh kehidupan
walau dicerca dan ditempa hinaan
aku tetap tersenyum menatap alam yang luas dan gunung yang menjulang
ketika ada yang menghampiriku dengan membawa derita
membawa duka derita dari miskin dan papa
dia akan menganggapku sebagai sahabat
dia akan menganggapku tempat berlindung
dia jadikan aku penghadang terik matahari
dia jadikan aku penghangat dari dingin udara malam
dia anggap aku bagian dari istananya
namun.........
ketika dia mulai merasa tumbuh dengan keindahanya
ketika dia mulai bisa menikmati nikmatnya jagat raya
ketika dia bisa meraih seonggok permata
perlahan diriku diturunkan dari istananya
perlahan diriku dilepas dari dinding persembunyianya
dibuang dan dibakar karna aku sudah tidak berguna
aku hanya ilalang yang terbiasa dihina
dibuang, diinjak dan dicerca
aku hanya sebatang ilalang
yang tetap tersenyum meski dianggap takberguna
munkin memang sudah lupa dan sudah biasa
awang-awang kumelap, 28 april 2008
pernah saya publikasikan (2008)